KETUA:
Sugiantoro
ANGGOTA:
Ilham Arizaldy Aspah
Billy Prima Ardianto
Nazlah Nirmalasari
Ajeng Aulia Rahmasari
Selasa, 11 Maret 2014
Selasa, 04 Maret 2014
Kumpulan Soal-Soal UN dan Pembahasannya
Soal UN Biologi Tahun 2013
http://www.4shared.com/office/UN9XpS1_ba/Pembahasan_Soal_UN_Biologi_SMA.html
Soal UN Bahasa Inggris Tahun 2013
http://www.4shared.com/office/8OCRtcjGba/Pembahasan_Soal_UN_Bahasa_Ingg.html
Soal UN Fisika Tahun 2013
http://www.4shared.com/office/6MGjSMqMce/Pembahasan_Soal_UN_Fisika_SMA_.html
Soal UN Kimia Tahun 2013
http://www.4shared.com/office/8XwudtdSba/Pembahasan_Soal_UN_Kimia_SMA_2.html
Soal UN Matematika Tahun 2013
http://www.4shared.com/office/ebCfHJVZce/Pembahasan_Soal_UN_Matematika_.html
Soal UN Bahasa Indonesia Tahun 2013
http://www.4shared.com/office/8UnkXPGxba/Pembahasan_Soal_UN_Bahasa_Indo.html
Selasa, 25 Februari 2014
MY CITY
Sejarah Kota Palu | Sulwesi Tengah ~ Palu adalah
“Kota Baru” yang letaknya di muara sungai. Dr. Kruyt menguraikan bahwa Palu
sebenarnya tempat baru dihuni orang (De Aste Toradja’s van Midden Celebes).
Awal mula pembentukan kota Palu berasal dari penduduk Desa Bontolevo di
Pegunungan Ulayo. Setelah pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya
mereka sampai di Boya Pogego sekarang ini
Kota Palu
sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat kampung, yaitu : Besusu,
Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama Kamonji, Panggovia sekarang bernama
Lere, Boyantongo sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan
Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para
pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu
lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh.
Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda
pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa)
untuk mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888,
Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal
tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang
Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke
Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888
Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia
Belanda.
Berikut daftar susunan raja-raja Palu :
1. Pue Nggari (Siralangi) 1796 - 1805
2. I Dato Labungulili 1805 - 1815
3. Malasigi Bulupalo 1815 - 1826
4. Daelangi 1826 - 1835
5. Yololembah 1835 - 1850
6. Lamakaraka 1850 - 1868
7. Maili (Mangge Risa) 1868 - 1888
8. Jodjokodi 1888 - 1906
9. Parampasi 1906 - 1921
10. Djanggola 1921 - 1949
11. Tjatjo Idjazah 1949 – 1960
Setelah
Tjatjo Idjazah, tidak ada lagi pemerintahan raja-raja di wilayah Palu. Setelah
masa kerajaan telah ditaklukan oleh pemerintah Belanda, dibuatlah satu bentuk
perjanjian “Lange Kontruct” (perjanjian panjang) yang akhirnya dirubah menjadi
“Karte Vorklaring” (perjanjian pendek). Hingga akhirnya Gubernur Indonesia
menetapkan daerah administratif berdasarkan Nomor 21 Tanggal 25 Februari 1940.
Kota Palu termasuk dalam Afdeling Donggala yang kemudian dibagi lagi lebih
kecil menjadi Arder Afdeling, antara lain Order Palu dengan ibu kotanya Palu,
meliputi tiga wilayah pemerintahan Swapraja, yaitu :
1. Swapraja Palu
2. Swapraja Dolo
3. Swapraja Kulawi
Pertumbuhan
Kota Palu setelah Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda
kemudian Jepang pada tahun 1945 semakin lama semakin meningkat. Dimana hasrat
masyarakat untuk lebih maju dari masa penjajahan dengan tekat membangun
masing-masing daerahnya. Berkat usaha makin tersusun roda pemerintahannya dari
pusat sampai ke daerah-daerah. Maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II
Donggala sesuai peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1952 yang selanjutnya
melahirkan Kota Administratif Palu yang berbentuk dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1978.
Berangsur-angsur susunan ketatanegaraan RI diperbaiki oleh pemerintah
pusat disesuaikannya dengan keinginan rakyat di daerah-daerah melalui pemecehan
dan penggabungan untuk pengembangan daerah, kemudian dihapuslah pemerintahan
Swapraja dengan keluarnya peraturan yang antara lain adalah Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1957 dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 serta Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1964 Tentang Terbentuknya Dati I Propinsi Sulteng dengan Ibukota Palu.
Dasar
hukum pembentukan wilayah Kota Administratif Palu yang dibentuk tanggal 27
September 1978 atas Dasar Asas Dekontrasi sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Kota Palu sebagai Ibukota
Propinsi Dati I Sulawesi Tengah sekaligus ibukota Kabupaten Dati II Donggala
dan juga sebagai ibukota pemerintahan wilayah Kota Administratif Palu. Palu
merupakan kota kesepuluh yang ditetapkan pemerintah menjadi kota administratif.
Sebagai
latar belakang pertumbuhan Kota Palu dalam perkembangannya tidak dapat
dilepaskan dari hasrat keinginan rakyat di daerah ini dalam pencetusan
pembentukan Pemerintahan wilayah kota untuk Kota Palu dimulai sejak adanya
Keputusan DPRD Tingkat I Sulteng di Poso Tahun 1964. Atas dasar keputusan tersebut
maka diambil langkah-langkah positif oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi
Tengah dan Pemerintah Dati II Donggala guna mempersiapkan segala sesuatu yang
ada kaitannya dengan kemungkinan Kota Palu sebagai Kota Administratif. Usaha
ini diperkuat dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Sulteng Nomor 225/Ditpem/1974
dengan membentuk Panitia Peneliti kemungkinan Kota Palu dijadikan Kota
Administratif, maka pemerintah pusat telah berkenan menyetujui Kota Palu
dijadikan Kota Administratif dengan dua kecamatan yaitu Palu Barat dan Palu
Timur.
Berdasarkan landasan hukum tersebut maka
pemerintah Kotif Palu memulai kegiatan menyelenggarakan pemerintahan di wilayah
berdasarkan fungsi sebagai berikut :
a. Meningkatkan dan menyesuaikan penyelenggaraan
pemerintah dengan perkembangan kehidupan politik dan budaya perkotaan.
b. Membina dan mengarahkan pembangunan sesuai
dengan perkembangan sosial ekonomi dan fisik perkotaan.
c. Mendukung dan merangsang secara timbal balik
pembangunan wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah pada umumnya dan
Kabupaten Dati II Donggala.
Hal ini berarti pemerintah wilayah Kotif Palu
menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi bidang-bidang :
1. Pemerintah
2. Pembina kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya perkotaan
3. Pengarahan pembangunan ekonomi, sosial dan
fisik perkotaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tanggal 12
Oktober 1994, Mendagri Yogi S. Memet meresmikannya Kotamadya Palu dan melantik
Rully Lamadjido, SH sebagai walikotanya. Kota Palu terletak memanjang dari
timur ke barat disebelah utara garis katulistiwa dalam koordinat 0,35 – 1,20 LU
dan 120 – 122,90 BT. Luas wilayahnya 395,06 km2 dan terletak di Teluk Palu
dengan dikelilingi pegnungan. Kota Palu terletak pada ketinggian 0 – 2500 m
dari permukaan laut dengan keadaan topografis datar hingga pegunungan.
Sedangkan dataran rendah umumnya tersebut disekitar pantai.
Berikut batas-batas wilayah Kota Palu adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan
Tawaeli dan Kecamatan Banawa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Marawola dan Kabupaten Sigi
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Banawa dan Kecamatan Marawola
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Tawaeli dan Kabupaten Parimo
Kota Palu terbagi atas 8 Kecamatan. Dahulu Kota
Palu terbagi atas 4 Kecamatan sesuai arah mata angin yaitu Kecamatan Palu Barat, Kecamatan Palu Timur,
Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Palu Selatan. Empat kecamatan baru
yang mekar itu adalah Kecamatan
Tatanga, Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Tawaeli.
Pemekaran ini sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
pemekaran kecamatan.
Wisata Palu
Ibukota
Propinsi terletak di lembah Palu yang indah yang dibagi 2 oleh sungai Palu.
Bagian barat kota ini menghadap ke teluk Palu. Pantai lainnya adalah pantai
penghibur Talise di bagian utara kota ini. Selain sarana olahraga air adapula
warung-warung makan yang buka hingga larut malam dan populer dikalangan
masyarakat setempat.
Jembatan
Palu IV merupakan sebuah jembatan yang terletak di Kota Palu, Sulawesi Tengah,
Indonesia. Jembatan ini diresmikan pada Mei 2006 oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Jembatan ini membentang di atas Teluk Talise ini berada di kelurahan
Besusu dan Lere, yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat.
Jembatan
kuning ini merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia
setelah Jepang dan Perancis.
Sejak tanggal peresmian tersebut,
masyarakat Palu dan sekitarnya selalu ingin melihat jembatan sepanjang 300
meter itu sekaligus menikmati tenggelamnya mentari.Tenggelamnya matahari
terlihat lebih jelas dan mempesona dari atas jembatan. Apalagi, saat sinar
matahari yang berwarna jingga kekuningan memantul ke permukaan Teluk Palu,
keindahan semakin nyata. Air Teluk Palu pun berubah warna mengikuti warna sang
Surya yang mulai sirna ditelan pegunungan Gawalise.
Memberikan
beberapa informasi tentang sejarah dan budaya propinsi dan masyarakat. Hal-hal
yang menarik mencakup peninggalan zaman prasejarah seperti perkakas rumah
tangga dan senjata. Adapula contoh-contoh seni dan kerajinan tradisional.
Bangunan museum merupakan tipe arsitektur yang berbbeda yang ditentukan di
daerah ini.
Taman
Alam Poboya
yang
terletak 7 km ke arah timur kota ini pada pinggir sebuah bukit yang ditutupi
oleh kayu-kayu gaharu memberikan suatu pemandangan yang menarik di lembah dan
teluk kayu. Suaka ini merupakan suatu lokasi kemping/berkemah.
Potensi
emas di Poboya
Emas
di Poboya benar-benar menjadi magnit. Diperkirakan ratusan, bisa ribuan
penambang, berikut penadah tengah mengadu untung di lokasi ini. Omzetnya pun
gila-gilaan, miliaran setiap harinya. Data tak resmi menyebutkan setiap
harinya puluhan kilogram emas berhasil didulang, dengan kadar
40-60%. Harga jual pun fantastis, rata-rata Rp. 60-130 ribu per gram.
Menjualnya tak sesulit mendulang. Di sekitar desa Poboya, para pembeli telah
siap menggelontorkan uang untuk setiap gram emas, logam yang tak lekang nilai
keasliannya sepanjang sejarah.Desa yang pernah melambung namanya karena menjadi
lokasi eksekusi Fabianus Tibo cs (terpidana mati atas kasus kerusuhan Poso,
kini kembali melambung bak meteor. Anda berminat datang?
Poboya
Poboya kini sebuah wilayah kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Palu Sulawesi Tengah. Tak diketahui secara pasti sejak kapan orang-orang mulai menambang emas di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Poboya ini. Penduduk setempat mengenalnya sebagai lokasi kegiatan anak-anak Pramuka. Aktivitas mulai sesaat setelah sejumlah geolog yang dikirim PT Citra Palu Mineral/CPM (perusahaan patungan PMDN dan PMA) pada akhir tahun 1998 melakukan pengeboran pada beberapa titik di lahan konservasi ini. Mereka mengambil sampel tanah mengandung emas guna kepentingan uji laboratorium. Pada awalnya, hanya segelintir penduduk setempat yang mendulang emas. Pola penambangannya pun terbatas, dan hanya mendulang di sekitar aliran Sungai Poboya.
Poboya kini sebuah wilayah kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Palu Sulawesi Tengah. Tak diketahui secara pasti sejak kapan orang-orang mulai menambang emas di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Poboya ini. Penduduk setempat mengenalnya sebagai lokasi kegiatan anak-anak Pramuka. Aktivitas mulai sesaat setelah sejumlah geolog yang dikirim PT Citra Palu Mineral/CPM (perusahaan patungan PMDN dan PMA) pada akhir tahun 1998 melakukan pengeboran pada beberapa titik di lahan konservasi ini. Mereka mengambil sampel tanah mengandung emas guna kepentingan uji laboratorium. Pada awalnya, hanya segelintir penduduk setempat yang mendulang emas. Pola penambangannya pun terbatas, dan hanya mendulang di sekitar aliran Sungai Poboya.
Cuaca
panas ini tak membuat penambang emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu, Sulawesi
Tengah, beranjak dari tempatnya memecah batu. Sebagian mengaso sebentar,
berdiri lagi, lalu mengambil martil dan linggis untuk kembali sibuk menggali
tanah dan memecah batu. Poboya hampir tak pernah tidur. Sejak pagi hingga
malam, suara pukulan martil dan linggis beradu dengan batu-batu keras hampir
tak pernah berhenti. Truk, mobil bak terbuka, dan kendaraan roda dua hilir
mudik mengangkut karung berisi batu menuju permukiman terdekat di Poboya
berjarak sekitar 10 kilometer. Jalan tanah sempit dan berbatu menyeberangi
sungai bukan hambatan.
Di
rumah-rumah penduduk di Poboya, aktivitas warga tak kalah sibuknya. Membongkar
karung, memukul batu hingga setengah hancur, lalu menggiling dalam tromol
menjadi pemandangan lazim di rumah warga. Di lokasi penambangan tidak
memungkinkan mengoperasikan tromol. Di rumah penduduk, kepingan batu dicuci
dengan air raksa (merkuri) untuk memisahkan butiran emas dari tanah. Namun, tak
semua batu mengandung emas. Kerap terjadi, tak sebutir emas ditemukan meski
berkarung-karung batu yang dihancurkan. Namun, jika nasib lagi baik, batu-batu
yang digali dan dihancurkan berisi butiran emas.
oboya
kini bak tanah harapan bagi penambang yang kian banyak berdatangan. Warga
setempat pun seperti tak hirau. Sebagian malah mendapatkan keuntungan dari sewa
tanah yang kebetulan berada di areal penambangan. Sebagian mendapatkan
penghasilan dari uang jasa keluar masuk areal pertambangan sebesar Rp 10.000
per orang, sewa tromol, atau buruh angkut. Di kota Palu, beberapa bulan
terakhir, mulai munculusaha bengkel las baru, untuk keperluan para penambang.
“Awalnya bengkel las kami hanya melayani pengerjaan las biasa.
Tapi ada beberapa pelanggan yang ingin dibuatkan tromol. Kami tertarik dan mencoba membuat tromol dengan berbagai ukuran,” ujar Eman, seperti dikutip harian Mercusuar. Sejak maraknya penambangan rakyat di Poboya, bengkel las yang terletak di Jalan Veteran ini, telah banyak melayani pesanan pembuatan tromol yang dipakai “menangkap” bijih emas. Kini dalam sehari ia bisa menjual 10-20 tromol yang telah siap pakai dengan harga bervariasi. Untuk tromol ukuran 45 X 60 M, dengan ketebalan 12 mm, dihargai Rp2,15 juta. Sedangkan ukuran 50 X 60 tebal 15mm dijual dengan harga Rp2,3 juta. Selain itu, Eman juga menjual alat tumbu-tumbu yang berfungsi untuk menghaluskan batu yang mengadung emas, dengan harga Rp17,5 juta.
Kira-kira
2 km di timur Palu, terletak Tanah Runtuh yang memberikan pemandangan yang
menarik ketika matahari terbenam dibalik gunung Gawalise. Ada juga sarana olah
raga dan rekreasi disini seperti lapangan golf, pacuan kuda dan arena
motocross.
Pantai
Talise
Pantai
Talise merupakan obyek wisata pantai dengan memiliki panorama alam yang
indah hamparan teluk dan pegunungan yang begitu mempesona. Selain itu, pantai
ini sangat cocok untuk kegiatan olah raga, seperti: berenang, selancar
angin (wind surfing), sky air, menyelam, memancing, dan lain
sebagainya
Pantai
Talise sebagai tempat tamasya adalah pilihan yang paling murah dan mudah karena
selain tidak memerlukan biaya, lokasinya teramat mudah untuk dicapai yaitu
ditengah kota dan akses jalan yang sudah teraspal .
Keberadaanya
yang dekat dengan pusat kota menjadikan pantai ini banyak dikunjungi oleh
pendatang maupun masyarakat Palu sendiri. Berkunjung di siang hari agak kurang
cocok, karena cuaca di Palu umumnya terik dan angin bertiup sangat kencang saat
jam 12 siang lewat.
Pemandangan indah di Pantai Talise saat matahari menjelang terbit. Pantai ini enak dikunjungi saat sore hari menjelang matahari terbenam dan saat sore sambil menikmati makanan kecil dan minuman berupa pisang goreng, pisang eppe, jagung, teh/kopi, sarabba. Disore dan malam hari juga dijadikan tempat rekreasi keluarga dan kaum muda-mudi.
Pemandangan indah di Pantai Talise saat matahari menjelang terbit. Pantai ini enak dikunjungi saat sore hari menjelang matahari terbenam dan saat sore sambil menikmati makanan kecil dan minuman berupa pisang goreng, pisang eppe, jagung, teh/kopi, sarabba. Disore dan malam hari juga dijadikan tempat rekreasi keluarga dan kaum muda-mudi.
Rumah
Raja disebut Souraja yang berarti rumah besar yang juga sering
dikenal dengan Sapo Bose atau Banua Mbaso yang
melambangkan kebangsawan.
Pada
bagian interior dalam terdapat kaligrafi di atas kayu dalam aksara Parisi atau
Lufi Arab. Arsitektur kayu yang ditulis di atas batu dan ukiran dengan jelas
merupakan pengaruh Melayu dan Bugis dizaman lampau.
Banua
Mbaso letaknya ditengah pusat kota Kaledo (Palu) – Sulawesi Tengah, Kecamatan
Palu Selatan, dan merupakan situs sejarah yang terdapat di Tana Kaili ini..
Banua Mbaso / Banua Oge atau lebih sering disebut Sou Raja (bahasa daerah kaili yang artinya Rumah Besar atau Pondok Raja) , didirikan sekitar 115 tahun silam, yang berukuran 32 x 11,5 m dan dibangun oleh Raja Palu Jodjokodi sekitar 1892, dan merupakan tempat tinggal sang Raja beserta keluarganya, sekaligus berfungsi sebagai pusat pemerintahan kerajaanwaktu itu.
Banua Mbaso / Banua Oge atau lebih sering disebut Sou Raja (bahasa daerah kaili yang artinya Rumah Besar atau Pondok Raja) , didirikan sekitar 115 tahun silam, yang berukuran 32 x 11,5 m dan dibangun oleh Raja Palu Jodjokodi sekitar 1892, dan merupakan tempat tinggal sang Raja beserta keluarganya, sekaligus berfungsi sebagai pusat pemerintahan kerajaanwaktu itu.
Rumah
panggung ini merupakan paduan arsitektur gaya Bugis (Sulawesi Selatan) dan
Kalimantan Selatan, dimana memiliki 36 buah tiang penyangga rumah bagian induk
dan gandaria (Teras) termasuk 8 buah tiang bagian dapur.
Taman
Ria
Taman
Ria didatangi oleh pengunjung yang datang di kota Palu. Pantai ini menghadap ke
timur, Di lokasi ini juga berderet sekitar 100 kafe penjaja makanan ringan dan
hidangan khas Palu lainnya. Kafe buka dari sore hingga malam hari.
Kediaman controleur di
masa Hindia Belanda (tahun 1930-an).
Desa-desa
ini didiami oleh suku Da’a. Suku Da’a merupakan sub-etnis suku Kaili yang
mendiami daerah pegunungan. Di desa-desa ini dapat disaksikan atraksi sumpit
yang diperagakan oleh warga setempat. Rumah di atas pohon masih ditemukan di
desa Dombu sampai sekarang.
Di
Gunung Gawalise dapat dilakukan hiking/trekking dengan
rute-rute Wayu – Taipanggabe – Dombu – Wiyapore – Rondingo Kayumpia/Bolombia –
Uemanje dalam waktu kurang dari 1 minggu.
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ia=7271&ic=2512
http://palukota.go.id/v1/
Selasa, 28 Januari 2014
Jauh dibenak orang awam
yang mengira SMAN Model terpadu Madani sebagai salah satu sekolah swasta di
Kota Palu. Padahal sekolah ini adalah sekolah negeri yang elit dan mempunyai
banyak prestasi baik di nasional maupun dikancah internasional.
Sekolah ini
berdiri pada tanggal 14 april 2005 dengan nama SMAN Model Terpadu Madani
diresmikan langsung oleh sang inisiator(pendiri) Bpk. Prof. Drs. H. Aminudin Ponulele, M.Si
(Selaku Gubernur Sulteng Pada Saat itu) dan yang kedua Ibu Dra. Hj.
Uhra Lamarauna, M.Si (Selaku Kepala Dinas Pendidikan Daerah Provinsi
Sulteng saat itu). SMA ini terletak di bagian utara Kota palu sekitar 10 menit
menuju kesana dari pusat kota menggunakan kendaraan bermotor. Jarak dari pusat
kota ke SMA tersebut kurang lebih 5 kilometer beralamat di Jln. Soekarno-Hatta,
Bumi Roviga Palu. Awal berdirinya sekolah ini dipimpin oleh Bpk. Drs. Zulkifli
Radjamuda, M.Ed sebagai pelaksana harian, tahun 2007 ditunjuk Drs. H. Ibrahim
Janat, M.Pd sebagai kepala sekolah SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu yang
baru. Berbagai macam prestasi yang dihasilkan oleh SMAN Madani pada saat itu,
prestasi yang didapat baik dari skala Provinsi, Nasional sampai dengan
Internasional.
Di bawah pimpinan Bapak Drs. H. Ibrahim Janat, M.Pd pada tahun ajaran
2010/2011 SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu mendapat kepercayaan dari
Direktorat Pendidikan mejadii RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf internasional) .
Sejak saat itu pergantian pimpinan sekolah dapat diurutkan sebagai berikut :
Sejak saat itu pergantian pimpinan sekolah dapat diurutkan sebagai berikut :
- Tahun
2005-2007 dipimpin oleh Bapak Drs. Zulkifli Radjamuda, M.Ed (pelaksana
harian)
- Tahun
2007-2011 dipimpin oleh Bapak Drs. H. Ibrahim Janat, M.Pd,
- Tahun
2011-2012 dipimpin oleh Bapak Drs. Zulkifli Radjamuda, M.Ed (pelaksana
harian)
- Tahun
2012 dipimpin oleh Bapak Anas Syakir, M.Pd, sampai sekarang
Mengusung visi dan misi yang mapan
guna mencapai kesuksesan yang maksimal. Dalam menjalankan tugasnya, kepala sekolah tak sendirian
sebab dibantu para wakasek, guru, TU dan siswa-siswi SMAN Model Terpadu Madani.
Siswa-siswi yang menuntut ilmu di sekolah ini merasa puas dengan pembelajaran
dan pengajaran yang sangat baik yang diberikan oleh guru-guru. Faktor utama
yang membuat sekolah ini sebagai sekolah percontohan yaitu pendidikan yang meliputi
pendidik dan tenaga kependidikan yang professional, sarana dan prasarana yang
memadai, kurikulum yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, dukungan dan
partisipasi dari para stakeholder, dan
input pendidikan yang potensial.
Tak heran siswanya pun mempunyai IQ ,
bakat, selera dan daya nalar cukup tinggi. Peraturan yang dibuat sekolah ini
sangat tegas berlaku bagi siapa saja yang melanggar peraturan tersebut(tanpa
pandang bulu). Kalau ada yang membuat pelanggaran berat misalnya merokok di
lingkungan sekolah maka siswa tersebut langsung di Dropout. Standar kelulusan yang di patok SMA ini tak
tanggung-tanggung yakni A terbukti karena telah meluluskan sebanyak enam
angkatan sebelumnya dengan nilai yang memuaskan. Semoga di tahun 2014 semua
siswa angkatan 7 bisa lulus dengan nilai UN yang menggembirakan dan mendapat
predikat terbaik dibanding angkatan-angkatan sebelumnya. Aminnn, Wassalam.
Selasa, 14 Januari 2014
Hai Namaku Sugi (ntoro) :)
Namaku keren,
mukaku ganteng
pacarku cantik
kurang apa lagi :D
kuat sdh itu konco
mukaku ganteng
pacarku cantik
kurang apa lagi :D
kuat sdh itu konco
SALAM KENAL YACHT:)
Langganan:
Postingan (Atom)